Ekspor Mineral Mentah Dibatasi Hingga Juni 2023, Babel Siap Hilirisasi?
Pangkalpinang,BERITACMM.com
Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM, Ediar Usman menerangkan, bahwa ekspor mineral mentah hanya akan diizinkan sampai pada Juni 2023 nanti.
Demikian hal ini disampaikan Ediar Usman, saat jadi salah satu pembicara di acara Seminar Nasional Bertemakan ‘Peluang dan Tantangan Hilirisasi Mineral’ yang berlangsung di Novotel Bangka and Convention Centre, Sabtu (18/03/23).
Selain itu, lanjut Ediar, kebijakan larangan ekspor bahan mentah tersebut tertuang jelas dalam UU Minerba nomor 3 tahun 2020 atas perubahan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba).
“Dari tanggal 10 Juni 2023 tidak ada bahan mentah yang di ekspor, berdasarkan UU itu ekspor mineral mentah dibatasi hanya diizinkan hingga 3 tahun sejak beleid itu diterbitkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 10 Juni 2020, alias sampai 10 Juni 2023,” terang Ediar.
Babel Siap Hilirisasi?
Pejabat (PJ) Gubernur Bangka Belitung, Ridwan Djamaluddin Kembali menegaskan kesiapan Pemerintah Provinsi Bangka Belitung (Pemprov Babel) dalam menuju hilirisasi komoditas timah.
Akan tetapi, dirinya mengusulkan hilirisasi ini dilakukan secara bertahap dan ekspor timah tidak langsung dihentikan begitu saja.
“Dokumen sudah kami laporkan kepada Menteri, secara umum kita mengusulkan siap hilirisasi. satu kalo bisa bertahap, bertahap dan tidak nol lah ekspor logamnya,” ucap Ridwan kepada awak media, usai kegiatan Seminar Nasional Bertemakan ‘Peluang dan Tantangan Hilirisasi Mineral’ yang berlangsung di Novotel Bangka and Convention Centre, Sabtu (18/03/23).
“Jadi akan dibuat skenario bagaimana kita melaksanakan kewajiban hilirisasi tapi tetep ada ruang kita menyiapkan diri,” sambungnya.
Dirinya juga menjelaskan, berdasarkan hitungan teknis, pembangunan pabrik guna menunjang hilirisasi komoditas timah di Babel bisa selama 23 bulan, dengan investasi yang dibutuhkan sekitar Rp 500 Miliar.
“Jadi tidak raksasa-raksasa amat sehingga masih dalam jangkauan yang bisa di raih perusahaan kita,” pungkas Ridwan.
Sebelumnya, Ridwan Djamaluddin dalam sambutannya mengucapkan bahwa semangat hilirisasi seperti ini adalah upaya untuk meningkatkan nilai manfaat tidak hanya bagi generasi masa kini tetapi juga generasi selanjutnya. Oleh sebab itu, harus dilakukan karena dinilai sangat bermanfaat secara luas, terutama membuka lapangan pekerjaan di Babel.
Karena, lanjutnya, terbukanya lapangan pekerjaan bagi pemerintah adalah sebuah kewajiban dalam upaya menyejahterakan masyarakat.
“Bonus demografi sudah ada di depan mata sehingga jika kita tidak menjalankan pembukaan lapangan pekerjaan maka akan terjadi berbagai macam ancaman. Hal-hal seperti ini saya kira patut menjadi perhatian kita bersama,” tegas Ridwan Djamaluddin dihadapan para peserta seminar.
Lebih lanjut diingatkannya, selama ini pasir timah tidak dimanfaatkan dengan baik, oleh sebab itu pasir timah yang banyak memiliki mineral ikutan kedepannya dapat lebih dimanfaatkan.
“Dalam konteks transisi energi pengolahan pasir silika ini menjadi bagian dari kontribusi Indonesia untuk energi terbarukan, sehingga konotasinya transisi energi itu tidak semata-mata memadamkan PLTU batu bara saja, tapi seberapa besar kontribusi Indonesia untuk mendukung industri lain dalam hal ini panel surya,” ujarnya mencontohkan saat ini di Pulau Gelasa sedang dikaji pilot plant untuk pembakit listrik tenaga torium.
Jika berhasil membagun listrik tenaga torium, maka Babel menjadi lumbung energi baru dengan harga jual lebih murah bila dibandingkan dengan listrik PLTU.
(Jek)