BeritaDaerahNasional

Cuaca Panas Sepekan Terakhir, BMKG Sampaikan Penyebabnya

Bagikan Berita

Pangkalpinang,BERITACMM.com

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Pangkalpinang Wilayah Bangka Belitung (Babel) melalui Kasi Data dan Informasi BMKG Kota Pangkalpinang, Kurniaji mengungkapkan, bahwa kondisi cuaca yang begitu menyengat dalam sepekan terakhir merupakan hal yang lumrah. Terutama, diperiode Pancaroba saat ini.

Berdasarkan informasi yang diterima dari Stasiun Klimatologi (Staklim) wilayah Babel, disampaikan Kurniaji, musim pancaroba ini bakal terjadi hingga bulan Juni 2023 nanti.

“Yang namanya suatu wilayah yang sudah jarang hujan, pasti kelembapan akan semakin menurun dan tentu saja suhu akan terasa semakin panas,” ucap Kurniaji, melalui via WhatsApp, Senin (24/04/2023).

Untuk diketahui, Pancaroba adalah masa dimana terjadinya transisi atau pergantian antara dua musim, seperti musim kemarau menuju musim penghujan dan musim penghujan menuju musim kemarau.

Menurutnya, kondisi cuaca saat ini akan normal dengan sendirinya, apabila hujan sudah mulai turun. Sehingga akan terserap oleh air dan suhu akan kembali mereda.

“Suhu panas pun akan sirna seketika ketika turun hujan. Panas kan tandanya terjadi akumulasi CO2 di atmosfer dan ketika ada hujan maka CO2 akan terserap oleh air dan suhu akan kembali mereda,” terang Kurniaji.

Sementara itu, melalui akun Instagramnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) turut menyampaikan 5 hal yang menjadi penyebab cuaca di Indonesia terasa menyengat dalam sepekan terakhir.

“Pertama suhu panas di Indonesia ialah dinamika atmosfer yang tidak biasa. Selain itu, sedang terjadi gelombang panas di wilayah Asia,” ujar BMKG, Minggu (23/04/2023) kemarin.

“Suhu panas bulan April di Wilayah Asia selatan secara klimatologis dipengaruhi oleh gerak semu matahari: lonjakan panas tahun 2023 terparah,” sambungnya.

Selain itu, penyebab ketiga ialah tren pemanasan global dan perubahan iklim: gelombang panas ‘heatwave’ semakin berisiko berpeluang terjadi 30 kali lebih sering. Lalu, sebab keempat adalah dominasi monsun Australia: Indonesia memasuki musim kemarau.

“Penyebab kelima, intensitas maksimum radiasi matahari pada kondisi cuaca cerah dan kurangnya tutupan awan. Suhu di Indonesia tercatat paling panas, yaitu 37,2 derajat Celsius, terjadi di Tangerang Selatan (Tangsel),” tutur BMKG.

(Jek)
Sumber Foto : JakartaNotebook

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *