Lahan Kritis di Babel Tembus Ratusan Ribu Hektar, 70 Persen Akibat Kegiatan Tambang
PANGKALPINANG,BERITACMM.COM
Kondisi lahan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung kian hari kian mengkhawatirkan. Bahkan, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) mencatat ada sekitar 167.065 hektar lahan kritis yang ada di Babel, baik di Pulau Bangka maupun Pulau Belitung.
Kepala DLHK Babel, Ferry Aprianto mengakui, bahwa luasan lahan kritis itu diakibatkan berbagai macam aktivitas manusia yakni 70 persen akibat kegiatan tambang timah, sementara selebihnya aktivitas perkebunan, perambahan, permukiman dan lain sebagainya.
Namun kendati begitu dari jumlah tersebut, lanjut Ferry, di atas 10 hektar telah dilakukan perbaikan lingkungan. Dengan demikian indeks kualitas lingkungan hidup di Babel kian bertambah.
“Indeks kualitas lingkungan hidup di kita bertambah dari 39 sekarang 40,” kata Ferry, Kamis (22/2/2024).
Lahan kritis yang sudah dilakukan penghijauan,dikatakan Ferry, dijaga dan dipelihara oleh kelompok masyarakat yang dikerjasamakan sehingga tanaman yang ditanam tersebut dapat tumbuh dengan baik.
“Pemprov Babel dengan seluruh elemen masyarakat apresiasi Polda yang berkelanjutan melakukan penanaman dan penghijauan. Kita harapkan semua pihak melakukan hal yang sama terutama perusahaan-perusahaan lah yang punya kewajiban untuk melakukan perbaikan lingkungan atas areal kegiatan (tambang) mereka,” ujarnya.
Dirinya juga berharap, dengan gencarnya penghijauan di Babel, dapat berdampak baik terhadap lingkungan dan dapat menciptakan indeks kualitas lingkungan hidup yang baik untuk menunjang pembangunan di Babel agar berkelanjutan.
“Dengan kegiatan ini (penghijauan) kita harapkan masyarakat dapat memahami pentingnya menjaga lingkungan hidup karena ini kehidupan kita yang harus kita jaga untuk pembangunan untuk anak cucu kita kedepan,” pungkasnya.
Sementara itu, Forum Koordinasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (FORDAS) Babel, Fadilah Sabri menyambut baik kegiatan penghijauan yang dilakukan oleh berbagai pihak, hal itu sebagai upaya untuk mengampanyekan kepada masyarakat agar mengembalikan lahan kritis menjadi subur.
Namun demikian kegiatan itu tidak bisa menyelesaikan secara menyeluruh atau komprehensif permasalahan kritis di Babel, jika kegiatan penambangan ilegal dan kerusakan lainnya tidak dihentikan atau upaya pengurangan.
“Karena data yang saya milik lahan kritis di Babel terus meningkat meskipun antara luasan lahan kritis kolong dan daratan itu. Saya tidak berani mengatakan kegiatan itu akan memulihkan impossible tetapi sebagai gerakan kita sangat menghargai,” kata Fadilah.
(Jek)
sumber foto : UBB