BeritaDaerahEkonomi BisnisNasional

Produksi Udang di Babel Merosot, Ketua APTIN – FKPA Tawarkan Dua Solusi

Bagikan Berita

Pangkalpinang,BERITACMM.com

Asosiasi Petani Tambak Indonesia Nusantara (APTIN) Bangka Belitung (Babel) menggelar diskusi bersama Forum Komunikasi Praktisi Akuakultur (FKPA) terkait mengatasi tantangan teknis dan bisnis budidaya udang, di Swiss-Belhotel Pangkalpinang, Kamis (13/07/2023).

Pada kesempatannya, Ketua APTIN Babel, Hidayat Arsani mengatakan, bahwa para budidaya udang Vaname di Bangka Belitung sedang mengalami musibah yang cukup mengkhawatirkan.

Pasalnya, dikatakan dia, produksi udang vaname di Babel mengalami kemerosotan yang cukup tajam, yang menyebabkan banyak pengusaha tambak udang memilih untuk ‘Gulung Tikar’.

Oleh karna itu, Dirinya menyarankan agar para ahli di bidang budidaya udang vaname itu, turun dan melakukan praktek peningkatan atau pengurangan resiko terhadap kematian udang, dan tidak sekedar memberikan teori saja.

“Kami sebagai penyelenggara APTIN berterima kasih atas kedatangan bapak, cuma kadang kami sulit mencerna paparan teori seperti ini. Mungkin yang diserap hanya sepuluh persen. Saran kami yang punya skill atau obat ini  praktekan di lapangan, ada beribu kolam kita yang nganggur,” tegas Pria yang akrab disapa Panglima ini.

Menurut Panglima, teori dalam memaparkan sesuatu produk memang diperlukan, namun haruslah dibalut dengan aksi nyata, karna apabila tidak seperti itu maka teori tersebut terkesan seperti bualan saja.

“Bapak minta berapa saya gak akan nawar, tapi apakah punya jaminan (berhasil-red) pak? tetap tidak. Jadi tolong Pak, saya datang ke seminar sana-sini ya beginilah keadaannya (tambak udang-red) sekarang pak, cuma kalo kita tidak berdiskusi gak menemukan solusinya,” ucap Ketua APTIN Babel.

Hidayat Arsani menjelaskan, merosotnya produksi udang vaname ini juga sangat mempengaruhi perekonomian yang ada di Bangka Belitung.

Bahkan, seperti pengusaha pakan untuk udang ini diketahui bahwa beberapa diantaranya sudah berada di ujung tanduk ataupun bakal tutup.

Disisi lain, dikatakan Hidayat, Pemerintah Daerah juga terkesan hanya tutup mata dan tidak memberikan solusi apapun bagi persoalan yang sedang dihadapi para pengusaha tambak udang di Babel ini.

“Ternyata pemerintah kita dari hal ini hanya mendengarkan saja tapi tidak punya solusi, kalo kita itu dibantu misalnya dengan keringan bunga bank, pangannya di subsidi, malah disini para Bupati nekan-nekan terus untuk bayar PBB,” bebernya.

Namun, terlepas dari itu, dirinya tetap memberikan semangat bagi seluruh peserta yang hadir, dan meyakini dalam diskusi kali ini mendapatkan solusi-solusi terbaik bagi para penambak udang yang ada di Babel.

“Ini adalah musibah besar, tuhan berkehendak namun yang penting kita tetap semangat, itu kunci dalam berusaha,” pungkas Hidayat Arsani.

Sementara itu, Ketua FKPA Korwil Babel, Rusdi mengakui, bahwa produksi udang vaname di Bangka Belitung sedang mengalami penurunan sedari dua tahun lalu.

Menurutnya, ada beberapa hal yang membuat produksi udang tersebut menurun salah satunya yakni ancaman penyakit Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND).

Sebagai informasi, AHPND merupakan jenis penyakit yang menyerang udang penaeid dengan menunjukkan tanda-tanda infeksi seperti udang yang tampak lesuh dan hepatopankreas yang mengalami fenomena nekrosis, atrofi dan terlihat pucat.

Oleh karna itu, dalam diskusi ini pihaknya bersama APTIN juga telah menyiapkan dua solusi sekaligus bagi para pengusaha tambak udang tersebut.

“Memang harus ada pembatasan dan pengawasan, karna kembali tadi temen-temen untuk pemakaian bahan ini pertama stock, kedua efektif, ketiga baru soal harga, karna bahan-bahan ini seperti benur, sarana produksi tambak, dan lain-lainnya banyak dari luar (Bangka-red),” ungkapnya.

“Kedua, kita terapkan semacam SOP yang utamanya adalah untuk mengatasi penyakit yang kita maksudkan tadi,” sambung Rusdi, membeberkan solusi bagi para budidaya udang Babel.

Lebih lanjut, dirinya juga mengakui bahwa kontribusi Pemda terhadap pihaknya juga tidak terlalu besar, dan hanya sebatas pelatihan dan pendataan saja.

“kadang juga kita dilibatkan, tapi lebih banyak ke pengawasannya,” tutup Rusdi.

(Jek)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *